Tesis Direktur Ummul Mukminin Paparkan Implementasi Fungsi-fungsi Manajemen Dalam Prespektif Alqur’an dan Hadis Untuk Peningkatan Mutu Pendidikan Pada Pondok Pesantren Puteri Ummul Mukminin

Oleh : Abdul Kadir Arief

UMMULMUKMININ – Manajemen pendidikan memiliki peranan strategis dalam membentuk peradaban manusia. Peradaban manusia yang sudah ada merupakan bentukan manusia melalui proses pendidikan. Di sinilah titik krusial manajemen pendidikan. Output dari sebuah proses pendidikan sangat ditentukan bagaimana tempat pendidikan tersebut dikelola. Adanya beragam pengelolaan pendidikan dan dalam rentang waktu yang panjang telah melahirkan sebuah ilmu tersendiri yaitu ilmu manajemen pendidikan.

Islamisasi ilmu pengetahuan kini telah merasuk ke berbagai disiplin ilmu, tidak terkecuali ilmu menajemen pendidikan. Hal yang mendasar dari Islamisasi ilmu manajemen pendidikan adalah Alquran dan Hadis sebagai sumber inspirasi. Dari sinilah penulis akan mengkaji bagaimana manajemen pendidikan dipandang dari perspektif Alquran dan Hadis.

Fenomena yang terjadi di sejumlah lembaga pendidikan Islam adalah terjadinya pengelolaan yang kurang memadai, baik dipandang dari sisi kepemimpinan, perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan kegiatan yang tidak memenuhi standar mutu pengawasan dan evaluasi. Hal ini ditandai masih banyaknya lembaga pendidikan yang masih fokus pada transformasi ilmu pengetahuan, tanpa penguatan pada tujuan pendidikan yaitu pembentukan karakter manusia.

Melalui sebuah pendidikan, kita bisa mendapatkan ilmu pengetahuan karena pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan melalui pelajaran dan pelatihan. Allah swt telah memerintahkan kita untuk menuntut ilmu sesuai firman-Nya dalam QS. At-Taubah [9]:122): “Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya”.

Ayat ini menekankan pentingnya memperdalam ilmu dan menyebarluaskan informasi yang benar terhadap orang lain termasuk peserta didik. Negara Indonesia mumpunyai tujuan pendidikan seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Dikatakan bahwa pendidikan merupakan faktor yang sangat menentukan kualitas bangsa. Bangsa yang memperhatikan mutu pendidikan ternyata mengalami perkembangan yang mengagumkan, hal ini seakan membuktikan bahwa hasil pendidikan berupa sumber daya manusia yang bermutu, menjadi dasar yang kokoh bagi perkembangan suatu Bangsa. Oleh karenanya mutlak diperlukan langkah-langkah pembaruan dalam dunia pendidikan yang perlu dilakukan secara mendasar, konsisten dan sistematik. Sejalan dengan hal itu, maka di dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 dinyatakan: “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

Untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional, kita bahu membahu berupaya mengadakan perbaikan dan pembaruan sistem pendidikan nasional di Indonesia, yaitu dalam bentuk pembaruan kurikulum, penataan guru, peningkatan manajemen pendidikan, serta pembangunan sarana dan prasarana pendidikan. Dengan pembaruan ini diharapkan dapat menghasilkan manusia yang kreatif sesuai dengan tuntutan zaman, yang pada akhirnya mutu pendidikan di Indonesia meningkat.

Pendidikan Nasional pada hakikatnya adalah usaha membudayakan manusia atau memanusiakan manusia. Manusia itu sendiri adalah pribadi yang utuh dan kompleks sehingga sulit dipelajari secara tuntas. Oleh karena itu, masalah pendidikan tidak akan pernah selesai, sebab hakikat manusia itu sendiri selalu berkembang mengikuti dinamika kehidupannya. Namun tidaklah berarti bahwa pendidikan harus berjalan secara alamiah. Pendidikan tetap memerlukan inovasi-inovasi sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tanpa mengabaikan nilai (Nana, 1996:2).

Peningkatan kualitas pendidikan termasuk tugas yang rumit, sebab tidak hanya berkaitan dengan permasalahan teknis, tetapi mencakup berbagai persoalan yang sangat kompleks, baik menyangkut perencanaan, pendanaan maupun efesiensi dan efektivitas penyelenggaraan sistem sekolah. Peningkatan kualitas pendidikan juga menuntut manajemen pendidikan yang lebih baik. Sayangnya, selama ini aspek manajemen pendidikan pada berbagai tingkatan dan satuan pendidikan belum mendapat perhatian yang serius sehingga seluruh komponen sistem pendidikan kurang berfungsi dengan baik. Lemahnya manajemen pendidikan juga memberikan dampak terhadap efisiensi internal pendidikan yang terlihat dari jumlah peserta didik yang mengulang kelas dan putus sekolah (Mulyasa, 2002).

Dalam mewujudkan suatu pendidikan yang bermutu tentunya dibutuhkan suatu manajemen yang baik. Manajemen yang baik mengacu pada fungsi-fungsi manajemen itu sendiri, dimana fungsi-fungsi yang dimaksudkan tidak lain adalah POACE (Planning, Organizing, Actuating, Controlling and Evaluating). Manajemen perlu di terapkan dalam upaya penyelenggaraan kegiatan belajar- mengajar karena dengan menerapkan aspek manajemen seperti perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating) pengawasan (controlling), serta evaluasi (evaluating), maka kegiatan belajar mengajar dapat berjalan secara terencana, sistematis, berkesinambungan dan mencapai tujuan yang telah diciptakan dalam hal ini peserta didik dapat mencapai standar mutu pendidikan yang telah ditentukan.

Standar mutu proses pembelajaran harus pula ditetapkan, dalam arti bahwa pihak manajemen perlu menerapkan standar mutu proses pembelajaran yang diharapkan dapat berdaya guna untuk mengoptimalkan proses pembelajaran dan melahirkan output yang sesuai, yaitu menguasai standar mutu tersebut.

Berdasarkan dengan latar belakang di atas maka dirumuskan masalah penelitian, yaitu: 1) Bagaimana bentuk implementasi fungsi-fungsi manajemen berdasarkan perspektif Alquran dan Hadis untuk Peningkatan Mutu Pendidikan pada Pondok Pesantren Puteri Ummul Mukminin ‘Aisyiyah Wilayah Sulawesi Selatan? dan 2) Apa faktor penghambat dan pendukung dalam implementasi fungsi-fungsi manajemen berdasarkan perspektif Alquran dan Hadis untuk Peningkatan Mutu Pendidikan pada Pondok Pesantren Putri Ummul Mukminin ‘Aisyiyah Sulawesi Selatan?

Teori dan Konsep Manajemen Umum :

Manajemen cenderung dikatakan sebagai ilmu, maksudnya seseorang yang belajar manajemen tidak pasti akan menjadi seorang menajer yang baik. Adapun pengertian manajemen dapat disimak dari sejumlah referensi yang sempat dikutip penulis sebagai berikut :

a. Menurut Andrew F. Sikukula (dalam Hasibuan, 2009:6) bahwa manajemen pada umumnya dikaitkan dengan aktivitas perencanaan, pengorganisasian, pengendalian, penempatan, pengarahan, pemotivasian, komunikasi dan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh setiap organisasi dengan tujuan untuk mengkoordinasikan berbagai sumberdaya yang dimiliki oleh perusahaan sehingga akan dihasilkan suatu produk atau jasa secara efesien.

b. Menurut Terry dan Laslie (Manullang, 1985:2) mendefinisikan manajemen sebagai suatu proses atau kerangka kerja yang melibatkan bimbingan suatu kelompok orang- orang ke arah tujuan organisasional atau maksud nyata, sedangkan Manullang mendefenisikan manajemen pada tiga arti yaitu: manajemen sebagai proses, manajemen sebagai kolektifitas orang-orang yang melakukan aktifitas manajemen, manajemen sebagai suatu seni (art) dan sebagai suatu pengetahuan (science)

Selain yang dikemukakan di atas, hemat penulis, manajemen sebagai sebuah disiplin ilmu dan seni. Manajemen sebagai suatu ilmu pengetahuan, karena telah dipelajari sejak lama, dan telah diorganisasikan menjadi suatu teori. Hal ini dikarenakan di dalamnya menjelaskan tentang gejala-gejala manajemen. Gejala-gejala ini lalu diteliti dengan menggunakan metode ilmiah yang dirumuskan dalam bentuk prinsip-prinsip.

Teori dan Konsep Manajemen Menurut Islam: As-Sayid Mahmud Al-Hawary (1976: 541) mendefinisikan manajemen dengan : “Manajemen adalah mengetahui kemana yang dituju, kesukaran apa yang harus dihindari, kekuatan-kekuatan apa yang dijalankan, dan bagaimana mengemudikan kapal serta anggota dengan sebaik-baiknya tanpa pemborosan waktu dalam proses mengerjakannya”.

Dari ta’rif (definisi) di atas memberi gambaran bahwa manajemen merupakan kegiatan, proses dan prosedur tertentu untuk mencapai tujuan akhir secara maksimal dengan bekerja sama sesuai jobnya masing-masing. Maka kebersamaan dan tujuan akhirlah yang menjadi fokus utama.

Fungsi-Fungsi Manajemen Menurut Sondang P Siagin (Hasibuan, 2011:3), bahwa fungsi-fungsi manajemen mencakup:

a. Perencanaan (Planning) dapat didefenisikan sebagai keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang tentang hal-hal yang akan dikerjakan dimasa yang akan datang dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
b. Pengorganisasian (Organizing) adalah keseluruhan proses pengelompokan orang- orang, alat-alat, tugas-tugas, tanggung jawab dan wewenang sedemikian rupa sehingga menciptakan suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan.
c. Penggerakan (Motivating) dapat didefenisikan sebagai keseluruhan proses pemberian dorongan bekerja kepada para bawahan sedemikian rupa sehingga mereka mau bekerja dengan ikhlas demi tercapainya tujuan organisasi dengan efesien dan ekonomis.
d. Pengawasan (Controlling) adalah proses pengamatan pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.
e. Penilaian (Evaluating) adalah fungsi organik administrasi dan manajemen yang terakhir. Defenisinya ialah proses pengukuran dan perbandingan hasil-hasil pekerjaan yang nyatanya dicapai dengan hasil yang seharusnya dicapai.

Mutu Pendidikan Secara umum, mutu adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang diharapkan atau yang tersirat. Dalam konteks pendidikan, pengertian mutu mencakup input, proses, dan output pendidikan. (Rokhim, 2013:4)

Input pendidikan adalah segala sesuatu yang harus tersedia karena dibutuhkan untuk berlangsungnya proses. Proses pendidikan merupakan berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain. Sesuatu yang berpengaruh terhadap berlangsungnya proses disebut input, sedangkan sesuatu dari hasil proses disebut output. Proses dikatakan bermutu tinggi apabila pengorganisasian dan penyerasian serta perpaduan input sekolah (guru, murid, kurikulum, uang, peralatan, dsb) dilakukan secara harmonis, sehingga mampu menciptakan situasi pembelajaran yang menyenangkan (enjoyable learning), mampu mendorong motivasi dan minat belajar dan benar-benar mampu memberdayakan peserta didik. Output pendidikan adalah merupakan kinerja sekolah. Kinerja sekolah adalah prestasi sekolah yang dihasilkan dari proses atau perilaku sekolah.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa mutu pendidikan adalah pendidikan yang mampu menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan atau kompetensi, baik kompetensi akademik maupun kompetensi kejuruan yang dilandasi oleh kompetensi personal dan sosial serta nilai-nilai akhlak mulia.

Prinsip Mutu Pendidikan Arcaro (Sungkono 2017:3) mengembangkan konsep roda implementasi TQM dalam dunia pendidikan yang berisi 8 (delapan) unsur yakni: (1) strategic planning (perencanaan strategis); (2) communication (komunikasi); (3) program measurements (pengukuran program); (4) conflict management (manajemen konflik); (5) program selection (seleksi program); (6) program implementation (pelaksanaan program); (7) program validation (validasi program); (8) standards.

METODE

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualiatif deskriptif, yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Putri Ummul Mukminin ’Aisyiah Wilayah Sulawesi Selatan. Alasan penulis memilih lokasi penelitian ini adalah selain lebih mudah dijangkau dan obyektifitasnya lebih terjaga, juga karena peneliti adalah salah satu pengelola pondok pesantren tersebut.

Unit analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah a) menganalisis dan menguraikan tata kelola Pondok Pesantren Ummul Mukminin Aisyiah Sulawesi Selatan, b) menganalisis dan menguraikan program kerja dan kegiatan Pondok Pesantren Ummul Mukminin Aisyiah Sulawesi Selatan, c) menganalisis dan menguraikan ayat-ayat Alquran dan Hadis yang berkaitan dengan fungsi-fungsi manajemen. Informas kunci dalam penelitian ini melibatkan Wakil Direktur I Pondok Pesantren Ummul Mukminin, Kepala Sekolah Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Ummul Mukminin, Kepala Tata Usaha, dan kepala Asrama/ Kesiswaaan

PEMBAHASAN
A.Profil Pesantren

Pondok Pesantren Puteri Ummul Mukminin ‘Aisyiyah Sulawesi Selatan adalah salah satu amal usaha bidang Pendidikan Wilayah ‘Aisyiyah Sulawesi Selatan dengan tujuan melahirkan kader ulama dan intelektual perempuan dalam rangka mewujudkan cita-cita Persyarikatan Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah, yakni mewujudkan Gerakan Islam Berkemajuan. Pesantren ini terletak di wilayah Kelurahan Pai Kecamatan Biringkanaya, Bulurokeng, Kota Makassar dengan alamat di Jl. Perintis Kemerdekaan Kilometer (KM-17). Bangunannya berdiri di atas lahan tanah wakaf almarhumah Athirah, keluarga, ibu kandung Drs. HM. Yusuf Kalla (Wakil Presiden RI, 2004-2009 dan 2014-2019) seluas 2 hektar. Pesantren ini berada pada posisi georafis di ujung Utara Kota Makassar Pondok Pesantren Puteri Ummul Mukminin sejak dibuka di tahun 1987 hingga sekarang telah dipimpin oleh empat orang direktur: a) Direktur Pertama, Ibu Dra. Hj. Ramlah Azis (1987-1988); b) Direktur Kedua, Al-Ustadz KH. Malik Ibrahim (1988-2001); c) Direktur Ketiga, Drs. KH. Jalaluddin Sanusi (2001-2016); d) Direktur Keempat, Drs. Abdul Kadir Arief (2015-2019).

B. Hasil Penelitian

  1. Bentuk Implementasi Fungsi-Fungsi Manajemen berdasarkan Al-Qur’an dan Hadist.
    a.Planning dan Implementasinya.
    Untuk menghadapi persaingan global, Pondok Pesantren Ummul Mukminin Aisyiyah Sulawesi Selatan merancang (mendesign) kurikulum yang berbasiskan Islam dan teknologi.
    Perencanaan merupakan gambaran dari suatu kegiatan yang akan datang dengan
    waktu dan metode tertentu. Sebagaimana Nabi Muhammad saw. bersabda: “Sesungguhnya Allah sangat mencintai orang yang jika melakukan sesuatu pekerjaan, dilakukan secara itqān (tepat, terarah, jelas, tuntas)”. (HR. Thabrani).

Setiap apa yang diperbuat oleh manusia, maka ia harus mempertanggung jawabkannya. Agama mengajarkan umatnya untuk membuaat perencanaan yang matang dan itqan, karena setiap pekerjaan akan menimbulkan sebab akibat. Adanya perencanaan yang baik akan menimbulkan hasil yang baik pula, sehingga akan disenangi oleh Allah. Tentunya penilaian yang paling utama hanya penilaian yang datangnya dari Allah swt. Kegiatan, apapun tujuannya hanya dapat berjalan secara efektif dan efisien apabila sebelumnya sudah dipersiapkan dan direncanakan terlebih dahulu dengan matang. Demikian pula dalam perencaaan program di Pondok Pesantren Ummul Mukminin melakukan tindakan persiapan serta perencanaan yang matang. Keberhasilan program kerja ini juga harus didukung oleh semua pihak seperti tenaga pendidik dan tenaga pengajar lainnya dan juga berdasarkan kondisi sekolah.

b. Organizing dan Implementasinya.
Dapat didefinisikan bahwa pengorganisasian merupakan pembentukan badan atau betuk struktur kumpulan orang di mana hubungan kerja sama antar orang dan fungi didalam badan organisasi ini mekanismenya berlansung secara efektif dan efisien dalam mencapai suatu tujuan tertentu yang telah ditentukan sebelumnya. Pengorganisasian merupakan wadah tentang fungsi setiap orang, hubungan kerja baik secara vertikal atau horisontal. Dalam surat Ali Imran/3:103, Allah berfirman: “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu Karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara.

Ayat di atas menunjukkan bahwa organisasi merupakan kumpulan orang-orang yang bisa diorganisir dengan baik. Maka para pimpinan dan guru serta pengasuh Pondok Pesatren Ummul Mukmnin bertekad dan bersatu-padu dalam bekerja dan memegang komitmen untuk menggapai cita-cita dalam satu payung organisasi yang mengelola pendidikan dari sumber wakaf umat Islam. Namun dalam berkerja, para pengambil kebijakan di Pondok Pesatren Ummul Mukmnin tidak memaksakan pada staf dan bawahannya, kecuali sesuai dengan bidang keahlian dan kesanggupannya. Kinerja bersama dalam organisasi Pondok Pesatren Ummul Mukmnin disesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki olah masing-masing individu. Menyatukan langkah yang berbeda-beda tersebut perlu ketelatenan mengorganisir sehingga bisa berkompetisi dalam berkarya.

c. Actuating dan Implementasinya.
Upaya untuk mencapai hasil yang baik dan lebih stabil dan seimbang, termasuk di antara langkah-langkah bersama yang dilakukan pada Pondok Pesatren Ummul Mukmnin. Setelah perencanaan strategis disusun dan ditetapkan, begitu pula pembagian-pembagian kerja sudah diatur maka tindakan selanjutnya adalah pimpinan Pondok Pesantren menggerakkan mereka untuk segera merealisasikan rencana strategis yang telah ditetapkan. Proses pelaksanaan mempunyai peranan yang sangat penting sebab diantara fungsi-fungsi manajemen, fungsi pelaksanaan ini berhubungan langsung dengan manusia atau pelaksana. Pelaksanaan adalah realiasasi perencanaan yang telah ditetapkan Pondok Pesantren Ummul Mukminin sebelumnya.

Dalam rangka mengoptimalkan proses belajar mengajar, tenaga pengajar dan tenaga pendidik harus mampu membuat santriwati betah tinggal di Pondok Pesantren dengan bentuk pelayanan yang maksimal, mengaktifkan kegiatan ekstrakulikuler serta pendekatan persuasif, termasuk bimbingan konseling, pendampingan dan pemberian motivasi baik di kelas, di masjid maupun di dalam asrama.
Semangat kerja para pengelola Pondok Pesantren Ummul Mukminin selama ini telah melahirkan sejumlah alumni yang berprestasi, baik di tingkat lokal, nasional dan internasional, khususnya di bidang bahasa dan tahfīz Alquran. Untuk menuju tujuan yang diidamkan, pengelola pesantren berusaha mengamalkan nilai-nilai islam secara utuh meskipun belum sempurna adanya.

d. Controlling dan Implementasinya.
Pengamatan dan penelitian terhadap jalannya planning dibutuhkan pengawasan. Dalam pandangan Islam menjadi syarat mutlak bagi pimpinan untuk lebih baik dari anggotanya, sehingga kontrol yang ia lakukan akan efektif. Allah berfirman: “Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?” (QS. Ash-Shaf/61:2). Menjaga keselamatan dan kesuksesan institusi merupakan tugas utama manajer atau pimpinan puncak, baik organisasi keluarga maupun organisasi secara universal. Bagaimana pimpinan bisa mengontrol orang lain sementara dirinya masih belum terkontrol. Dengan demikian seorang manajer merupakan orang terbaik dan harus mengontrol seluruh anggotanya dengan baik Pengawasan di Pondok Pesantren Ummul Mukminin tersebut berjalan dengan baik, adakalanya pengawasan dilakukan langsung pimpinan pondok pesantren (sidak) secara berkala maupun kepada mereka yang ditunjuk mewakili pimpinan.

Setiap saat Pimpinan melakukan rapat evaluasi, karena rapat itulah yang menjadi media untuk melakukan evaluasi terhadap program kerja, baik yang telah dilakukan maupun yang sedang dilakukan bahkan program yang akan dilakukan Para pelaksana institusi akan melaksanakan tugasnya dengan konsisten sesuai dengan job yang diembannya, bahkan lebih meningkatkan spirit lagi karena mereka menganggap bahwa setiap pertanggungjawaban tugas, yang paling utama adalah pertanggungjawaban kepada Sang Khaliq yang mengetahui segala yang diperbuat oleh makhluk-Nya.

e. Motivating dan Implementasinya
Menggerakan kinerja semaksimal mungkin dengan hati sukarela adalah salah satu hal yang menopang keberlangsungan program yang ada pada Pesantren Ummul Mukminin.
Hal ini berhubungan dengan konsep motivasi dalam Alquran: “Dan bahwasanya mausia tiada memperoleh selain dari apa yang telah diusahakannya”. (Q.S. An-Najm/53: 39)

Ayat tersebut di atas berimplikasi adanya motivasi untuk selalu berusaha dan mengubah keadaan. Dengan adanya usaha dan upaya mengubah keadaan ke arah yang lebih baik akan mengantarkan kepada tujuan dan kesuksesan yang nyata. Dalam sebuah kata hikmah disebutkan (وجد جد من), artinya: Barang siapa yang bersungguh-sungguh pasti mendapatkan.

Dari uraian di atas merupakan bentuk anjuran Islam bagi umat manusia untuk memiliki motivasi dalam menjalani hidup. Tidak terkecuali individu pengelola Pondok Pesantren Ummul Mukminin. Dengan tingginya semangat dan motivasi sebagai modal dalam meraih kehidupan yang lebih cerah dan terarah. Dengan demikian bahwa planning yang menjadi acuan utama akan dengan mudah untuk bisa direalisasikan, karena dengan berdasarkan agama, motivasi manusia tidak sekadar hanya menyelesaikan tuntutan duniawiy saja, tetapi juga terhadap pertanggungjawaban ukhrawiy.

Rasulullah juga menggunakan tehnik memotivasi dalam mendidik para sahabatnya, sebagaimana terjadi saat beliau memberikan penghargaan kepada mereka yang memperhatikan para janda dan orang miskin sebagaimana disebutkan pada Hadis berikut: “Orang yang berusaha untuk para janda dan orang –orang miskin seperti mujahid di jalan Allah yang tidak pernah lelah dan juga seperti orang yang salat malam dan berpuasa di siang hari”. (HR. Bukhori 5353, Jilid 5 hal. 529)

f. Leading dan Implementasinya.

Memimpin dan mengatur segala aktifitas menuju kepada tujuan, sangat dibutuhkan dalam suatu organisasi. Dalam Alqur’an dan Hadis banyak membahas tentang kepemimpinan. Diantaranya firman Allah SWT. dalam surat Al-An’am/6:165, sebagai berikut: “Dan dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan Sesungguhnya dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.

Dalam konsep ajaran Islam bahwa pemimpin tidak hanya terfokus kepada seseorang yang memimpin institusi formal dan non formal. Tuntutan Islam lebih uiversal bahwa kepemimpinan itu lebih spesifik lagi kepada setiap manusia yang hidup. Ia adalah pemimpin, baik bagi dirinya maupun kelompoknya.

Dengan demikian kepemimpinan dalam ajaran Islam dimulai dari setiap individu. Setiap orang harus bisa memimpin dirinya dari taqarrub kepada Allah dan menjauhi larangan-Nya. Apabila manusia sudah bisa memimpin dirinya, maka tidak mustahil ia akan lebih mudah untuk memimpin orang lain. Di samping itu pertanggungjawaban pemimpin dalam konteks Islam tidak serta merta hanya kepada sesama manusia, tetapi yang paling utama adalah pertanggungjawaban kepada penciptanya.

Dalam implementasi fungsi-fungsi manajemen di dalam pondok pesantren haruslah berdasarkan tuntunan Alquran dan Hadis. Seringkali kita menemukan beberapa perintah Allah yang merupakan falsafah hidup yang harus kita jalani. Falsafah tersebut merupakan prinsip yang harus kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari. Prinsip-prinsip manajemen dalam Islam tidak jauh berbeda dengan prinsip manajemen pada umumnya. Hanya saja implementasi manajemen dalam Islam harus berbasiskan nilai bukan bebas nilai.

  1. Faktor Penghambat dan Pendukung dalam Implementasi Fungsi-Fungsi Manajemen berdasarkan Alqur’an dan Hadist.

a. Faktor Penghambat
Pondok Pesantren Ummul Mukminin menitik beratkan mutu pada santriwati dan proses yang ada di dalamnya. Tanpa adanya proses yang baik, mutu pondok pesantren tersebut tidak dapat tercapai. Mutu pendidikan pada Pondok Pesantren Ummul Mukminin termasuk dalam kategori standar, tidak di bawah dan juga tidak di atas. Hal ini dapat dilihat dalam hasil dan prestasi belajar santriwati serta kinerja tenaga pendidik dan pengajar.
Faktor penghambat pencapaian mutu di atas standar rata-rata antara lain: belum sinerginya antara pengambilan kebijakan dan pelaksanaan kebijakan, karena SDM yang belum semuanya sesuai dengan apa yang diharapkan.

Hambatan lainnya, belum mampu menjalankan semua program, masih terjadi ketidakdisiplinan, dan masih ada yang tidak memahami apa yang harus dilakukan serta kadang terjadi perbedaan perintah antara pimpinan yang satu dengan yang lain, sehingga memperlambat proses dalam menjalankan program yang sudah ditetapkan di awal.
Faktor penghambat yang telah dijelaskan di atas merupakan penyebab sekolah tersebut tidak dapat berjalan dengan optimal sesuai dengan tujuan yang diharapkan dan tidak dapat mencapai program kerja sepenuhnya sebagaimana layaknyan lembaga pendidikan yang sudah maju. Namun, pada sisi lain, Pondok Pesantren Ummul Mukminin sudah menerapkan manajemen penggunaan multimedia. Pengaruh multimedia sangat besar dalam kaitan dengan pembentukan kepribadian manusia yang siap menghadapi tantangan dan rintangan.

b. Faktor Pendukung.
Selain faktor penghambat tersebut di atas, ada beberapa faktor pendukung yang dapat menopang dalam penerapan fungsi-fungsi manajemen pada Pondok Pesantren Ummul Mukminin. Faktor-faktor pendukung tersebut antara lain: lokasi asrama terintegrasi dengan ruang/gedung sekolah, dan Institusi ini di bawah komando organisasi ‘Asyiyah Sulawesi Selatan sebagai ormas terbesar kaum ibu Muhammadiyah.
Faktor pendukung lainnya bahwa dengan satu lingkungan di Pondok Pesantren Ummul Mukminin dapat terjalin komunikasi yang lebih mudah serta pengambilan keputusan dan koordinasi yang cepat sehingga dapat memudahkan tercapainya program kerja yang telah direncanakan.

PENUTUP

Berdasarkan telaah dan uraian sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa:

  1. Manajemen pendidikan berbasis nilai-nilai Alquran dan Hadis adalah manajemen yang memposisikan Alquran dan Hadis sebagai sumber inspirasi dalam melakukan planning, organizing, actuating, controlling, coordinating dan motivating pada Pondok Pesantren Ummul Mukminin Aisyiyah Wilayah Sulawesi Selatan. Proses keduanya bisa secara induktif maupun deduktif.
  2. Kemajuan dalam penerapan fungsi-fungsi manajemen pada Pondok Pesantren Ummul Mukminin Aisyiyah Sulawesi Selatan belum berjalan secara maksimal sesuai dengan harapan untuk mencapai standar mutu tertentu, dikarenakan beberapa hambatan antara lain: sumber daya manusia yang belum bersinergi, sistem koordinasi yang relatif tidak terjadwal melainkan hanya tentatif ketika ada masalah, sarana teknologi informasi dan sosialisasi yang masih minim, kurangnya pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan kapasitas masing-masing individu yang terlibat di pondok pesantren, kurangnya keikusertaan dan keberhasilan santri dalam even-even kejuaraan nasional, regional, dan sebagainya. Selain itu, ada beberapa faktor pendukung yang bisa menjadikan Pondok Pesantren Ummul Mukminin berkembang untuk meningkatkan mutunya, antara lain: sarana dan prasarana gedung dan asrama yang luas dan masih di wilayah Kota Makassar, adanya kerjasama dan loyalitas para pengelola kepada Pimpinan dan PWA, serta usia pesantren yang sudah dewasa.

B. Saran dan Rekomendasi
Berdasarkan telaah dan uraian serta kesimpulan sebelumnya, maka beberapa saran menurut peneliti yang perlu direkomendasikan sebagai berikut:

  1. Untuk melaksanakan fungsi-fungsi manajemen dalam perspektif Alquran dan Hadis untuk Peningkatan Mutu Pendidikan, harus dilakukan upaya-upaya sistematis oleh seluruh pengelola Pondok Pesantren Ummul Mukminin Aisyiyah Sulawesi Selatan menuju keadaan yang lebih baik.
  2. Para pengelola, tenaga pendidik dan kependidikan tidak hanya menunggu arahan atau perintah dari Direktur, tetapi sistem atau Standar Operasional Prosedur (SOP) perlu dilakukan review atau ditinjau ulang.
  3. Diklat tenaga pendidik dan kependidikan harus menjadi program kerja pondok pesantren yang dilakukan secara terjadwal;
  4. Perlu secara massif pelibatan para santriwati pada even-even kejuaraan nasional, regional yang terkait dengan branding (tahfiz, bahasa, teknologi, dsb.) yang menjadi nilai tawar pesantren.
  5. Pemberian reward and punishment kepada pengelola harus menjadi bagian dari program dan sistem manajemen perspektif Alquran dan Hadist yang berfungsi sebagai “hudan” yang sarat dengan berbagai petunjuk agar pengelola pesantren dapat menjadi agent of totality peningkatan mutu pesantren. Untuk memperoleh petunjuk tersebut diperlukan adanya pengkajian dan pengamalan terhadap Alquran maupun Hadis itu sendiri.
  6. Kajian ini perlu terus dilakukan untuk menemukan konsep ideal yang realistis dengan mencontoh Nabi Muhammad saw yang telah berhasil mendidik para sahabat dan generasi sesudahnya sehingga menghasilkan peradaban yang maju.

Makassar, 05 Jumadil Akhir 1444 H/28 Desember 2022 M

Similar Posts